Selasa, 11 Oktober 2011

Pesona Alam Sumatera Barat

Menikmati Pesona Alam Sumatera Barat



Perpaduan alam dan budaya di tanah Sumatera Barat sungguh kental terasa. Belum apa-apa, kita sudah disambut dengan lancipnya atap gadang yang khas di Bandara Internasional Minangkabau. Berbicara tentang Sumatera Barat tak hanya sekadar rendang yang pedasnya terkenal hingga ke mancanegara. Kebudayaan di ranah Minang dengan masyarakat matrilineal terbesar di dunia merupakan salah satu pemikat bagi para pelancong.
Nama Minangkabau memiliki cerita yang cukup menarik. ‘Minang’ dan ‘kabau’ yang berarti ‘menang’ dan ‘kerbau’ diambil dari kisah kemenangan perselisihan rakyat Minang dengan seorang putra Jawa yang ingin mendapat pengakuan di tanah Melayu. Adu kerbau tersebut berakhir dengan kemenangan anak kerbau lapar bertanduk tajam milik rakyat Minang yang menyerobot lawannya karena ingin mencari puting susu lawannya, seekor kerbau besar yang ganas. Karena itu atap rumah gadang memiliki bentuk yang unik karena lancip serupa tanduk kerbau. Masih banyak cerita dan tempat wisata unik di bumi Minang yang elok ini, inilah beberapa di antaranya!
Bukittinggi, Kota Wisata
Kekayaan alam yang luar biasa, tata kota yang baik, ditambah kesejukan udara (Bukittinggi dikelilingi Gunung Singgalang, Gunung Merapi dan Gunung Sago) inilah yang bisa jadi menempatkan Bukittinggi sebagai pusat wisata Sumatera Barat. Apalagi banyak obyek wisata menarik, bahkan kota yang berada di lintasan Bukit Barisan ini pun sudah menjadi obyek wisata. Tanpa perlu bersusah payah, kita bisa dengan mudah melihat Ngarai Sianok yang begitu mengaggumkan. Pemandangan ngarai terbesar kedua di dunia ini tidak kalah dengan Grand Canyon, Amerika.
Pemandangan Ngarai Sianok yang paling bagus bisa Anda dapatkan di Taman Panorama yang berada di Jalan Raya Ngarai Sianok. Sambil duduk santai di bawah pepohonan rindang, Anda bisa melihat salah satu keajaiban alam di dunia ini. Tebing yang curam, petak-petak sawah dan sungai yang berliku di bawahnya, tampak begitu indah. Bila tertarik, Anda juga bisa menjelajah lembah ini melalui jalan setapak. Namun sebelum menginjakkan kaki ke sini sebaiknya perhatikan cuaca terlebih dahulu, jika mendung, kabut akan menyelimuti keindahan ngarai ini.
Masih di area yang sama, terdapat Lobang Jepang yang jaman perjuangan dulu menjadi tempat pertahanan tentara Jepang. Di dalam terowongan sepanjang sekitar 1.500 meter ini terdapat banyak ruangan yang dulunya digunakan sebagai barak tentara jepang, ruang rapat, ruang makan, dapur hingga kamar para romusha. Ada juga jendela pengintai dengan pemandangan Ngarai Sianok dan pintu rahasia. Sebaiknya minta bantuan pemandu wisata untuk mendapatkan penjelasan panjang tentang sejarah Lobang Jepang ini. Sebelum meninggalkan obyek wisata ini, Anda bisa membeli cinderamata khas Sumatera Barat di deretan kios yang berada di area terebut. Lampu dinding khas Minang yang unik dan miniatur Jam Gadang dalam berbagai ukuran bisa didapatkan dengan harga mulai dari Rp 20.000 – Rp. 400.000. Pernak-pernik lain seperti tas, lukisan dan beragam ukiran kayu juga tersedia.
Dari area Ngarai Sianok, Anda dapat berjalan kaki sekitar 45 menit menelusuri jalan aspal yang menurun tajam menuju Koto Gadang, pusat kerajinan perak di Sumatera Barat. Kota ini merupakan tanah kelahiran Bapak Lingkungan Emil Salim dan kakeknya KH. Agus Salim. Pecinta kerajinan perak takkan kecewa bila berkunjung ke sini. Aneka perhiasan, pajangan, miniatur hewan hingga rumah gadang yang terbuat dari perak terpajang indah di etalase para pengrajin.
Ternyata Ground Zero bukan hanya ada di bekas reruntuhan Menara WTC New York. Lembah Harau di Sumatera Barat juga memilikinya, dinamakan Titik Zero. Ingin tahu kenapa mereka menamakannya Titik Zero? Ikuti cerita PANORAMA edisi IV yang mengupas keelokan dan pesona Sumatera Barat di www.hesaamazon.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar